-
Recent Posts
Recent Comments
Archives
Categories
Meta
Sebagai kata, sanad bermakna lereng bukit atau sesuatu yang dibuat sandaran. Adapun makna sanad sebagai istilah adalah rentetan mata rantai matan (redaksi suatu informasi/pengetahuan/ilmu) yang terdiri dari beberapa orang yang meriwayatkan yang bersambung-sambung. Pengertian terminologis ini umumnya dimaksudkan dalam disiplin ilmu hadits dan qira’at. Keduanya, hadits dan qira’at, menghubungkan rawi (orang yang meriwayatkan) bagil ilmu hadits dan qari (pembaca Al-Qur’an) bagi ilmu qiraa’at, yang berhulu pada Rasulullah SAW.
Dalam beberapa riwayat yang shahih disebutkan bahwa setelah Abu Bakar ra melihat kaum Muslim sudah banyak yang berangkat hijrah ke Madinah, ia datang kepada Rasulullah sw meminta ijin untuk berhijrah. Tetapi dijawab oleh Rasulullah saw, “Jangan tergesa-gesa, aku ingin memperoleh ijin dulu dari Allah.“ Abu Bakar bertanya, “Apakah engkau juga menginginkannya?“ Jawab Nabi saw, “Ya.“ Kemudian Abu Bakar ra menangguhkan keberangkatannya untuk menemani Rasulullah saw. Ia lalu membeli dua ekor unta dan dipeliharanya selama empat bulan.
Selama masa tersebut kaum Quraisy mengetahui bahwa Rasulullah saw telah memiliki pendukung dan sahabat dari luar Mekkah. Mereka khawatir jangan-jangan Rasulullah saw keluar dari Mekkah kemudian menghimpun kekuatan di sana dan menyerang mereka.
Maka diadakanlah pertemuan di Darun-Nadwah (rumah Qushayyi bin Kilab, tempat kaum Quraisy memutuskan segala perkara) utuk membahas apa yang harus dilakukan terhadap Rasulullah saw. Akhirnya diperoleh kata sepakat untuk mengambil seorang pemuda yang kuat dan perkasa dari setiap kabilah Quraisy. Kepada masing-masing pemuda itu diberikan sebilah pedang yang ampuh kemudian secara bersama-sama mereka serentak membunuhnya, agar Bani Manaf tidak berani melancarkan serangan terhadap semua orang Quraisy. Setelah ditentukan hari pelaksanaannya, Jibril as datang kepada Rasulullah saw memerintahkan berhijrah dan melarangnya tidur di tempat tidurnya pada malam itu.
Allahu akbar Allahu akbar, Laa ilaaha ilallahu Allahu akbar. Allahu akbar, wa lillahilhamdu”, Kumandang takbir membahana di seluruh penjuru kota, perjuangan selama satu bulan penuh melawan lapar haus dan hawa nafsu telah selesai. Hati orang-orang galau karena ditinggal pergi oleh bulan yang tiada dapat dihitung kemegahannya, namun di satu sisi mereka pun senang karena kemenangan telah didapat dan gelar Muttaqin segera diraih.
Bagaimana perasaanmu wahai Lelaki Yang Terpuji? Surat Al-A’laa dan Al-Ghaasyiyah yang kau baca dalam dua rakaat salat hari raya dengan suara merdumu cukuplah membuat para sahabatmu terharu. Apalagi jika sesungguhnya sahabatmu mengetahui bahwa itulah hari raya Idul Fitri terakhirmu, wahai Lelaki Yang Bersahaja. Setelah engkau sampaikan khutbah, Engkau jabat tangan mereka dan engkau dekap dalam dekapanmu yang hangat dan penuh kasih sayang.
Dari segi etimologis perkataan “Majelis Dzikir” berasal dari bahasa Arab, yang terdiri atas dua kata, yaitu majelis dan Dzikir. Majelis artinya tempat duduk, tempat sidang, dewan sedangkan Dzikir artinya mengingat Allah di antaranya dengan menyebut dan memuji nama Allah. Secara istilah, Majelis Dzikir mempunyai beberapa definisi sebagaimana diuraikan oleh beberapa ulama; sebagai berikut: